Memilih Sekolah yang Terbaik #1

Kadang kita bingung mencarikan sekolah untuk anak-anak kita. Sebagai orang tua tentu kita ingin pendidikan terbaik, lingkungan terbaik dan keamanan yang terbaik.

Jika Anda berada di perbatasan antara Jakarta Pusat dan Jakarta Utara, Anda bisa memilih Sekolah Kristen Calvin. Tujuan awal sekolah ini adalah pembentukan karakter anak, karena tanpa karakter yang baik ilmu pengetahuan yang di dapat akan difungsikan secara berbeda. Kita memiliki pengetahuan untuk membantu umat manusia, bukan merugikan atau bahkan memusnahkan. Membesarkan seorang anak tentu akan sia-sia jika ia tidak memiliki cinta kasih pada sesama, atau bahkan orang tuanya sendiri. Walaupun bertujuan untuk membentuk karakter anak, Sekolah Calvin tidak menomorduakan pendidikan akademis. Bahkan untuk unit SD, baru-baru ini memenangkan medali emas dibidang eksak secara internasional. Dua kali berturut-turut! Begitu juga untuk unit SMP dan SMA.

Sekolah ini menerima siswa SD, SMP, SMA dan merupakan sekolah nasional. Ketika ditanya lebih lanjut, Pdt. Stephen Tong mengatakan bahwa ia tidak akan menjadikan sekolah ini sebagai sekolah internasional. Alasannya cukup sederhana, sekolah ini didirikan untuk memajukan Indonesia dan menciptakan generasi-generasi baru yang cinta Indonesia dan mau membangun Indonesia menjadi lebih baik.

Murid Sekolah Kristen Calvin, 98% adalah keturunan tionghoa. Namun sejak awal mereka sudah diberitahu bahwa mereka adalah anak-anak Indonesia. Generasi-generasi yang sejak lahir ada di Indonesia. Tidak ada istilah pribumi dan non pribumi. Istilah itu hanya digunakan untuk masa pemerintahan Soeharto. Walaupun tergolong minoritas, posisi mereka sama dengan orang Batak misalnya. Mereka sama-sama datang melalui pintu Kalimantan. Istilah pribumi dan non pribumi sendiri, sebenarnya datang dari pemerintahan China, yang mengatakan bawah semua keturunan China di seluruh dunia adalah warganegara China. Oleh sebab itu pada pemerintahan Soeharto, pemerintahan Indonesia menanggapi dengan menganggap mereka sebagai WNA. Namun sekarang hal itu telah dihapuskan. Bahkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah menegaskan bahwa mereka semua adalah WNI. Sayangnya hal ini kurang disosialisasikan. Mungkin karena adanya kepentingan-kepentingan politik atau pungutan-pungutan liar oleh oknum-oknum tertentu. Namun kita yakin semua itu akan hilang seiring waktu.

Di sana anak-anak kita dididik untuk memenuhi panggilan hidup. Bukan untuk menomorsatukan uang dan mengejarnya dengan berbagai cara. Mereka juga dididik untuk menghargai setiap orang dengan masing-masing profesi mereka. Apapun itu.
Gubernur Ahok adalah salah satu contoh yang sering disebut. "Beliau itu adalah salah satu contoh 'double minoritas'. Sudah Kristen, Chinese pula!"

Untuk apa sih Ahok menjadi Gubernur? Walaupun banyak tunjangan yang membuat hidupnya terjamin. Namun gajinya ya cuma segitu-segitu aja. Lebih baik ia fokus menjadi pengusaha yang lebih sukses. Memperbanyak kekayaan dan asetnya. Ya, itulah panggilan hidup! Beliau memenuhinya sebagai panggilan dari Tuhan untuk memajukan Indonesia. Walaupun banyak diserbu komentar negatif dalam ketidaksempurnaannya sebagai manusia.

Jika melihat dengan mata manusia. Siapa lagi yang mau melakukan seperti beliau? Memiliki talenta lebih tetapi mau memperjuangkan Indonesia? Tentu saja kita berharap masih ada 'Ahok-ahok berikutnya', yang rela melakukan untuk Indonesia.

Bersambung...



Comments

Popular posts from this blog

Ulasan tentang Hurom Slow Juicer

Ungkap Tebus Lega